Senin, 10 Oktober 2011

Outsourthings: celah satu (4)

     Maksum terpaku di samping meja menyimak program radio yang berjuluk 'Pedoman Hati. program ini berisi tausyiah dan tanya-jawab soal agama yang diasuh oleh lima ustadz secara bergantian . Hari selasa ini diisi oleh ustadz Tanzil Bayan. Terdengar suaranya yang khas meyakinkan pendengarnya , " syahadat adalah sumpah  pusaka yang lebih agung dari sumpah-sumpah yang lain. Ini pernyataan takluk kepada Sang Khalik, Pencipta, Pemilik dan sekaligus Penggerak alam semesta dan segala jenis makhluk.
     Syahadat merupakan pijakan dasar untuk membuka jalan ke derajat kemuliaan yang paling tinggi di sisi Tuhan yang hakiki. Sohib muslim, jalan hidup yang mesti ditempuh oleh orang yang telah bersyahadat tidaklah mudah. Memang , setelah dia mengambil syahadat, Alloh mengangkat derajatnya di atas umat manusia yang lain. Lantas apakah sudah selesai urusan syahadat ini ?, lantas memperoleh kesenangan hidup begitu saja, dan bisa lenggang kangkung lalu meloncat mulus ke surga ?.
     Apabila kita beranggapan seperti itu maka kita tersesat kembali setelah mengambil jalan yang benar. Sohib muslim, setelah bersyahadat kita telah menjadi seorang muslim yang artinya orang yang menyerahkan diri dengan tunduk kepada hukum-hukum Alloh. Apa konsekuensinya?, seluruh jiwa raga, seluruh lelaku dan sikap, apa-apa yang ada pada diri kita, kita persembahkan hanya untuk Alloh. Tak ada Tuhan lain, berhala  atau dewa yang patut disembah dan menjadi tujuan kita mencurahkan seluruh hidup dan ibadah kecuali hanya kepada Alloh...
     Nikmah kembali ke kamar mengantarkan sepiring mi goreng instan dan segelas kopi ke meja. Maksum menerimanya dengan sorot mata yang mengatakan terima kasih dan segera melahapnya. Nikmah biasanya ikut makan tapi kali ini dia keluar lagi sambil membawa bak berisi baju-baju kotor. Sementara suara ustadz Tanzil yang mengisi ruang kamar mereka masih terus tersiar...[bersambung ke entri Outsourthings : celah satu (5).