Jumat, 09 Maret 2012

Outsourthings (bag. 10)

" Di PKB bab Dua itu memang tertera pasal : bersama-sama ikut
mengembangkan perusahaan dan mengatasi masalah-masalah perusahaan,tapi
gak ada undang-undang yang menguatkan bahwa pekerja diharuskan ikut menanggung hutang-hutang
perusahaan akibat salah urus manajemen perusahaan " .
Percakapan pun jadi panas. Plolong lantas ngoceh tentang resiko yang memang seharusnya ditanggung pengus aha.
Tindak tanduk mereka di awasi oleh sekumpulan ibu- ibu yang merubung dagangan tukang sayur keliling. Mereka pun sadar obrolan mereka memancing perhatian ibu-ibu karena ramai banget. Mereka
mengalihkan mulut untuk menyapa ibu-ibu RT 1 RW 2, Desa Karangbungitu. Mereka kenal baik dengan ibu -ibu itu dan keluarganya hasil sosialisasi mereka kos di RT 1 RW 2, Desa Karangbung selama belasan
tahun. 
     Sejak awal bekerja di Gramianfood hingga kini, berarti Maksum telah berinteraksi dengan lingkungan desa itu sekitar limabelas tahun lebih. Dia masuk bareng Plolong. Daerah asal Maksum Waru Sidoarjo, sedangkan Plolong Mojosari Mojokerto. Tapi Plolong indekos lebih dulu setelah menikah, disusul Maksum dua tahun kemudian. Sedangkan Heri yang bertampang dingin mirip Ariel Peterpan tapi berkulit gelap, asalnya dari Madiun. Masa kerjanya lebih muda daripada Maksum. Seperti kebanyakan anak-anak Madiun lainnya , dia juga berlatih pencak silat. Itu membuat tubuhnya gempal. Usianya kini 30 tahun dan masih betah membujang.
     Pagar tembok pabrik setinggi tiga meter sudah kelihatan saat mereka berbelok ke kanan mengikuti alur jalan. Mereka harus melewati lagi sebuah belokan ke kiri untuk menuju pintu pabrik khusus karyawan yang ada di dekat jalan raya by pass Krian. Masih 800 meter lagi dari tempat mereka berjalan sekarang. Perusahaan membangun pagar tembok cor mengelilingi tanah seluas 486 meter kali 124 meter persegi. Dulunya merupakan lahan persawahan milik keluarga abah Basori. Pada era 90-an perkembangan industri di Sidoarjo yang pesat membutuhkan lahan yang sangat luas. Dengan cepat industri telah mencaplok lahan-lahan di wilayah timur dan selatan Sidoarjo. Para pengusaha pun berbondong-bondong mencari lokasi di wilayah barat, kawasan Krian dan Balongbendo, baik pemain lama maupun baru.
     Entah kebetulan atau tidak, pemerintah pada pertengahan dekade 90-an membuka jalan bypass Krian. Pembukaan bypass itu bertujuan untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di jalur lama yang melewati pasar Krian. Dengan cepat lahan yang ada di kanan-kiri jalan bypass pun mendadak laris. Harganya pun menjulang. Padahal sebelum bypass dibuat, orang yang mau beli tanah disitu berpikir seribu kali walau harganya murah. Dengan cepat lahan-lahan itu pun beralih fungsi menjadi pabrik, garasi truk, pom bensin , rumah sakit dan tempat pelatihan calon TKI.
     Adanya jalan bypass yang lebih lebar dan terbagi dua jalur banyak membantu kelancaran arus kendaraan , baik yang menuju Mojokerto maupun arah sebaliknya menuju Surabaya. Tidak harus tertahan lama-lama di kawasan pasar Krian. Kecepatan arus kendaraan itu membantu percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sidoarjo bagian barat. Tidak cuma itu, berpengaruh juga bagi perkembangan kota-kota seperti Mojokerto dan Jombang. (bersambung ke Outsourthings bag. 11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar