Sabtu, 23 Maret 2013

Jika bener manjur,jamu masuk paket JAMKES

Bila Terbukti Efektif, Obat Herbal Bisa Masuk Paket Jaminan Kesehatan - detikHealth
Orang Indonesia sudah akrab dengan pengobatan tradisional seperti jamu atau obat herbal. Sayang, tidak semua obat herbal sudah lulus saintifikasi.
Padahal, bila terbukti secara ilmiah dan efektif, obat herbal bisa
masuk ke dalam paket jaminan kesehatan nasional (Jamkesnas). "Itu yang
saya tanyakan, apakah obat herbal bisa masuk ke dalam paket jaminan
kesehatan nasional.
Karena kalau dilihat di China danTaiwan, pemilik kartu
(jaminankesehatan) dia boleh milih obat medis atau obat herbal," jelas
WakilMenteri Kesehatan, Prof. Dr Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD, disela-sela acara Seminar Sehari Sosialisasi Metode Kajian Ekonomidan Teknologi Kesehatan Menuju JamKesNas 2014' di HotelManhattan Jl. Prof Satrio 1Kuningan, Jakarta, Rabu(27/2/2013).
Menurut Prof Ghufron, obat herbal memungkinkan dimasukkan kedalam
paket Jamkesnas asalkan memang terbukti secara evidence base (ilmiah) melalui saintifikasi jamu. Bila memang sudah terbukti, barulah nantinya secara regulasi
diputuskan untuk bisa atau tidak dimasukkan ke dalam paket jaminan kesehatan.
Seperti diketahui, Indonesia sangat kaya dengan keanekaragaman hayati.
Ada sekitar 30.000 jenis tanaman dan 9.600 di antaranya
telah terbukti memiliki khasiat. Dan hampir sebanyak 60 persen penduduk Indonesia mengonsumsi jamu dan hampir seluruh pemakainya merasakan jamu berkhasiat meningkatkan
kesehatan. "Barangkali kita nomor 2 atau 1(pemilik keanekaragaman hayati)
terbesar di dunia. Nah, kalau kita bisa memanfaatkan itu akan jauh lebih bagus. Tapi masalahnya ya tentu dipilih yang sudah terbukti secara ilmiah atau secara evidence base,"lanjut Prof Ghufron.
Saintifikasi jamu bertujuan memberikan bukti ilmiah terhadap manfaat jamu sehingga kedepannya bisa diterima di kalangan medis atau dokter. Kementerian Kesehatan pun masih menjadikan saintifikasi jamu sebagai prioritas untuk menjadikan
jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri.

Sumber: detik.com

Rabu, 20 Maret 2013

UMK naik,harga motor ikut naik

Kenaikan upah buruh yang mencapai 40 persen ternyata
berefek domino. Salah satunya
membuat harga motor menjadi naik. Hal itu terjadi pada motor Honda saat
meluncurkan Honda Vario 125CBS PGM-FI ISS ke dalam pasar Indonesia.
Motor ini dibanderol dengan harga Rp 16,350 juta yang berarti lebih
mahal Rp 450 ribu dibanding generasi sebelumnya. "Kenaikan harga
Vario125 PGM-FI CBS ISS tidak berkaitan langsung dengan teknologi ISS
(Idling Stop System)," kata Vice
PresidentExecutive PT Astra Honda Motor,Johannes Loman, Rabu
(20/3/2013). Loman malah menjelaskan kalau
kenaikan harga itu disebabkan oleh banyak faktor salah salah satunya
kenaikan upah minimum pekerja.
"Kita kan memang sudah bertahun- tahun tidak menaikan harga,bahkan
sebelumnya ada
perubahan kami tidak menaikan harga. Tapi banyak faktor
(yangmenyebabkan harga naik), termasuk kenaikan UMK," jelasnya. "Kalau
harga mahal itu sih relatif,
inikan produk premium. Kita hanya menawarkan fitur tambahan, tapi saya
yakin akan ada pasarnya," tambah GM Marketing,Planning,Analysis PT
AHM, Agustinus Indraputra.
Sumber: detik.com

Jumat, 15 Maret 2013

Tragedi HayMarket

Peristiwa Kerusuhan Haymarket terjadi pada tanggal 4 Mei 1886 di Chicago, Illinois merupakan asal usul lahirnya perayaan Hari Buruh internasional atau biasa disebut May Day. Penyebab terjadinya insiden ini masih menyimpan kontroversi.



Aksi pemogokan menuntut 8 jam kerja dalam sehari

Pada April 1886, ratusan ribu kelas pekerja di AS yang berkeinginan kuat menghentikan dominasi kelas borjuis, bergabung dengan organisasi pekerja Knights of Labour. Perjuangan kelas masif menemukan momentum di Chicago, salah satu pusat pengorganisiran serikat-serikat pekerja AS yang cukup besar. Gerakan serikat pekerja di kota ini sangat dipengaruhi ide-ide International Workingsmen Association. Gerakan tersebut telah melakukan agitasi dan propaganda tanpa henti sebelum Mei untuk merealisasikan tuntutan "Delapan Jam Sehari".

Menjelang 1 Mei, sekitar 50.000 pekerja telah melakukan pemogokan. Sekitar 30.000 pekerja bergabung dengan mereka di kemudian hari. Para pekerja turun ke jalan bersama anak-anak serta istri untuk meneriakkan tuntutan universal 'Delapan Jam Sehari.' Pemogokan ini membawa aktivitas industri di Chicago lumpuh dan membuat kelas borjuis panik.

Pada tanggal 1 Mei 1886 (Kemudian dikenal sebagai May Day), saat itu sebanyak 350.000 orang buruh yang diorganisir oleh Federasi Buruh Amerika melakukan pemogokan di banyak tempat di Amerika Serikat.

Dua hari kemudian, 3 Mei, pemerintah mengutus sejumlah polisi untuk meredam pemogokan pekerja di pabrik McCormick. Polisi dengan membabi-buta menembaki pemogok yang berhamburan, pada saat kejadian ini terdapat empat orang tewas dan jauh lebih banyak lagi luka-luka. Ini menimbulkan amarah di kalangan kaum buruh, sebagian menganjurkan supaya mereka membalas dengan mengangkat senjata.

Sejumlah kaum anarkis yang dipimpin Albert Parsons dan August Spies, juga merupakan anggota aktif Knights of Labour, menyerukan kepada kelas pekerja agar mempersenjatai diri dan berpartisipasi di dalam demonstrasi keesokan hari.


Pertemuan di hari berikut, 4 Mei 1886, berlokasi di bunderan lapangan Haymarket, para buruh kembali menggelar aksi mogoknya dengan skala yang lebih besar lagi, aksi ini jaga ditujukan sebagai bentuk protes tindakan represif polisi terhadap buruh. Semula aksi ini berjalan dengan damai.

Karena cuaca buruk banyak partisipan aksi membubarkan diri dan kerumunan tersisa sekitar ratusan orang. Pada saat itulah, 180 polisi datang dan menyuruh pertemuan dibubarkan. Ketika pembicara terakhir hendak turun mimbar, menuruti peringatan polisi tersebut, sebuah bom meledak di barisan polisi. Satu orang terbunuh dan melukai 70 orang diantaranya. Polisi menyikapi ledakan bom tersebut dengan menembaki kerumunan pekerja yang berkumpul, sehingga 200 orang terluka, dan banyak yang tewas.


Meskipun tidak jelas siapa yang melakukan pelemparan bom, media massa dan politisi borjuis mulai melemparkan tuduhan-tuduhan bahwa ledakan tersebut merupakan ulah kaum sosialis dan anarkis. Mereka menyerukan 'sebuah balas dendam yang pantas kepada kaum radikal.' Setiap tempat pertemuan, sekretariat serikat pekerja, tempat cetak, serta rumah pribadi para aktifis diserang polisi. Setiap tokoh sosialis dan anarkis ditangkap. Bahkan individu-individu yang sama sekali tidak memahami apa itu sosialisme dan anarkisme, ditahan dan disiksa. Julius Grinnell, Jaksa Penuntut Umum kota tersebut, menyuruh kepolisian 'melakukan penyergapan terlebih dahulu baru kemudian mempertimbangkan pelanggaran-pelanggaran hukumnya'. Delapan dari tokoh anarkis yang aktif di Chicago, dituntut dengan tuduhan pembunuhan terencana. Mereka adalah August Spies, Albert Parsons, Adolph Fischer, George Engel, Fielden, Michael Schwab, Louis Lingg dan Oscar Neebe.


Pengadilan spektakuler kedelapan anarkis tersebut adalah salah satu sejarah buram lembaga peradilan AS yang sangat dipengaruhi kelas borjuis Chicago. Pada 21 Juni 1886, tanpa ada bukti-bukti kuat yang dapat mengasosiasikan kedelapan anarkis dengan insiden tersebut (dari kedelapan orang, hanya satu yang hadir. Dan Ia berada di mimbar pembicara ketika insiden terjadi), pengadilan menjatuhi hukuman mati kepada para tertuduh. Pada 11 November 1887, Albert Parsons, August Spies, Adolf Fischer, dan George Engel dihukum gantung. Louise Lingg menggantung dirinya di penjara.

Sekitar 250.000 orang berkerumun mengiringi prosesi pemakaman Albert Parsons sambil mengekspresikan kekecewaan terhadap praktik korup pengadilan AS. Kampanye-kampanye untuk membebaskan mereka yang masih berada di dalam tahanan, terus berlangsung. Pada Juni 1893, Gubernur Altgeld, yang membebaskan sisa tahanan peristiwa Haymarket, mengeluarkan pernyataan bahwa, "mereka yang telah dibebaskan, bukanlah karena mereka telah diampuni, melainkan karena mereka sama sekali tidak bersalah." Ia meneruskan klaim bahwa mereka yang telah dihukum gantung dan yang sekarang dibebaskan adalah korban dari 'hakim-hakim serta para juri yang disuap.' Tindakan ini mengakhiri karier politiknya.

Bagi kaum revolusioner dan aktifis gerakan pekerja saat itu, tragedi Haymarket bukanlah sekadar sebuah drama perjuangan tuntunan 'Delapan Jam Sehari', tetapi sebuah harapan untuk memerjuangkan dunia baru yang lebih baik. Pada Kongres Internasional Kedua di Paris, 1889, 1 Mei ditetapkan sebagai hari libur pekerja. Penetapan untuk memperingati para martir Haymarket di mana bendera merah menjadi simbol setiap tumpah darah kelas pekerja yang berjuang demi hak-haknya.

Meskipun begitu, komitmen Internasional Kedua kepada tradisi May Day diwarisi dengan semangat berbeda. Kaum Sosial Demokrat Jerman, elemen yang cukup berpengaruh di Organisasi Internasional Kedua, mengirim jutaan pekerja untuk mati di medan perang demi 'Negara dan Bangsa.' Setelah dua Perang Dunia berlalu, May Day hanya menjadi tradisi usang, di mana serikat buruh dan partai Kiri memanfaatkan momentum tersebut demi kepentingan ideologis. Terutama di era Stalinis, di mana banyak dari organisasi anarkis dan gerakan pekerja radikal dibabat habis di bawah pemerintahan partai komunis. Hingga hari ini, tradisi May Day telah direduksi menjadi sekadar 'Hari Buruh', dan bukan lagi sebuah hari peringatan kelas pekerja atau proletar untuk menghapuskan kelas dan kapitalisme.

Monumen Haymarket

Delapan orang pemimpin buruh yang didakwa dan dijatuhi hukuman mati adalah :

* August Spies, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung
* Albert Parsons, warga A.S., tewas digantung
* Adolph Fischer, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung
* George Engel, imigran berkebangsaan Jerman, tewas digantung
* Louis Lingg, imigran berkebangsaan Jerman, bunuh diri dengan menggunakan dinamit saat berada di dalam penjara
* Michael Schwab imigran berkebangsaan Jerman, diberi keringanan hukuman dari hukuman mati menjadi hukuman kurungan penjara seumur hidup, kemudian diampuni pada tahun 1893
* Samuel Fielden imigran berkebangsaan Inggris, diberi keringanan hukuman dari hukuman mati menjadi hukuman kurungan penjara seumur hidup, kemudian diampuni pada tahun 1893
* Oscar Neebe warga A.S. keturunan Jerman, dihukum 15 tahun penjara kemudian diampuni pada tahun 1893.

Antara tahun 1870-1900 di Amerika disebut sebagai era populis.
Pada tahun-tahun itu pertumbuhan serikat buruh (labour unions) pararel dengan pertumbuhan bisnis yang membesar. Saat itu buruh bekerja keras dalam jam kerja yang panjang (11-14 jam) dengan gaji rendah.
Kebanyakan buruh menerima 9-20 dollar per minggu tergantung skill mereka. Beberapa buruh wanita unskilled (kurang terampil) hanya menerima 2 dollar untuk 60 jam kerja.
Sejak tahun 1865 buruh Amerika mulai mengorganisasi diri untuk mengimprove kondisi kerja mereka dalam skala nasional. Memperkuat lokal union untuk mengadakan deal-deal dengan korporasi besar. Selama perang sipil jumlah serikat buruh lokal berkembang dari 79 menjadi 270.
Beberapa gain dibuat olah serikat buruh berupa kenaikan gaji dan jam kerja dikurangi dari 12 jam menjadi 10 jam.
Kebanyakan lokal union dibentuk oleh imigran-imigran yang hidup berkelompok dan tersebar di blok-blok kota menurut budaya etnik masing-masing,membawa isme-isme baru seperti sosialisme dan anarkisme. Mereka punya andil besar dalam pemogokan Rel Kereta Api 1877 dan pemogokan Hay Market 1886 yang menuntut 8 jam kerja per hari.
Politisi,utamanya senator Massachusetts,Henry Cabot menginginkan menyetop kedatangan imigran dari eropa selatan dan timur (Itali & Rusia). Mereka dianggap merusak nasionalisme Amerika (barat) karena mempraktekkan jalan hidup sendiri, punya gereja sendiri,klub dan koran sendiri.
Gerakan buruh terus berlanjut pada era progresif antara tahun 1890-1914. ditandai dengan tampilnya Eugene V. Debs dari Partai Sosialis sebagai kandidat presiden Amerika Serikat yang bermodal dukungan 900.000 suara. Mereka disebut faksi sosialis moderat di bawah pimpinan Debs. Program favorit sosialis moderat adalah pengenaan pajak penghasilan yang adil atau proporsional antara orang kaya dan miskin.

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.

Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.

Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres mengubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.

Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Sumber: Wikipedia

Jumat, 08 Maret 2013

Rumah Sakit Buruh Selesai Agustus 2013

Rumah Sakit Buruh Selesai Agustus 2013
Jumat, 22 Februari 2013 | 10:40


JAKARTA-Menteri BUMN Dahlan Iskan, Jumat pagi (22/2), meresmikan pembangunan Rumah Sakit Pekerja berlokasi di Kawasan Berikat Nusantara (KBN), Cakung, Jakarta Utara, yang ditargetkan rampung pada 17 Agustus 2013.

"Ide pembangunan RS Pekerja ini datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika itu berada di Batam, yang menginginkan adanya rumah sakit khusus bagi para buruh terutama di suatu kawasan industri. Sekarang sudah bisa direalisasikan," kata Dahlan pada acara pemasangan tiang pancang RS Pekerja, di Kantor Pusat PT KBN (Persero), Jakarta, Jumat.

Menurut Dahlan, seperti dikutip Antara pembangunan RS Pekerja ini bertujuan meningkatkan pelayanan kesehatan pekerja yang berada di wilayah industri KBN.

Rumah sakit ini didisain tidak memiliki ruang VIP karena didedikasikan untuk para pekerja bukan jajaran direksi KBN.

Ia menuturkan, pembangunan RS Pekerja diharapkan dapat diselesaikan lebih cepat atau delapan bulan, karena lokasinya dekat dengan jalan tol, serta ditunjang kemampuan kontraktornya.

Pembangunannya merupakan sinergi antar BUMN, yakni KBN, PT Jamsostek Persero, PT Askes Persero, PT Binakarya, PT Nindya Karya Persero, dan PT Indrakarya.

Sementara itu, Direktur Utama KBN Sattar Taba mengatakan, nilai proyek pembangunan RS Pekerja ini berkisar Rp65 miliar, sedangkan pembelian peralatan kesehatan sebesar Rp40 miliar, dana cadangan untuk membeli dua unit ambulance, konsultan serta lainnya Rp5 miliar.

"Dana pembangunan rumah sakit seluas 3.652 meter persegi berasal dari dana program CSR BUMN," ujar Sattar.

Ia menambahkan, spesifikasi RS Pekerja setara kelas C+, berfungsi sebagai pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan penunjang non medis, mulai dari rawat jalan, unit gawat darurat, unit rawat intensif, bedah sentral, hingga rawat inap.

Selain itu juga memiliki fasilitas penunjang medik, seperti laboratorium, fisioterapi, radiologi, dan rekapan medik, sementara penunjang non medik, antara lain farmasi, gizi, laundry, kamar jenazah, serta ambulance.

Rumah sakit ini memiliki luas bangunan sekitar 9.000 meter persegi, terdiri atas 8 lantai, dan memiliki jumlah tempat tidur yang tersedia 184 tempat tidur (kelas II).

Dengan mengusung konsep hijau, rumah sakit ini diharapkan dapat membantu proses penyembuhan pasien karena memiliki sistem ventilasi dalam pencegahan nosokomial pada rumah sakit tersebut.(*/hrb)

Sumber: www.investor.co.id

Minggu, 03 Maret 2013

e-novel: Outsourthings

e-novel : outsourthings
Berkisah tentang aktivis serikat buruh yang terjebak dalam urusan yang ruwet dengan perusahaannya. Manajer perusahaan yang baru mempermainkan isi perjanjian hingga para buruh jadi ikut menanggung utang perusahaan. Sebuah konsorsium investor mengambil alih perusahaan itu, mencoba mengakali buruh untuk perombakan personil di pabrik dengan menyodorkan opsi yang sangat merugikan buruh. Tragisnya lagi, karena harus mangikuti kebijakan perusahaan yang dibuat oleh manajemen baru yaitu semua buruh harus divaksinasi, sebagian besar buruh mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa itu ditengarai disebabkan oleh vaksin yang disuntikkan kepada para buruh. Odi, seorang dokter klinik buruh dapat mengetahui ternyata vaksin yang diberikan kepada para buruh adalah vaksin yang tak lazim.Sang dokter mengklaim vaksin itu adalah hasil modifikasi. Dan dia menyebutnya Outsourthings. Dibantu oleh Maksum, sang aktivis buruh, dia berusaha membuktikan dan memberitahukan pada pemerintah bahwa ada yang tak beres dengan sepak terjang Konsorsium itu . Tentu saja mereka harus menghadapi sumber daya konsorsium yang adi daya itu, suatu kekuatan yang sangat membahayakan.



Outsourthings: celah satu


Bangun- nggak...bangun- nggak..., begitu pertanyaan sangsi yang tercetus di kepala Maksum saat matanya membuka pelan-pelan untuk keluar dari tabir maya yang memisahkan alam mimpi dan alam nyata. Matanya masih panas. Kepalanya pening. Baru dua jam dia tidur setelah bergumul dengan Nikmah,istrinya, dua babak.
Maksum bertekat untuk bangun karena harus kerja. Sepengetahuan orang lain, dari senin hingga sabtu Maksum ke pabrik adalah untuk bekerja.Orang lain tidak tahu bahwa sejak tiga bulan lalu pabrik menghentikan sementara produksinya karena kesulitan pemasaran dan gonjang-ganjing pergantian pemilik dan manajemen.
Dengan mengerahkan segala daya dia mengusir setan kantuk yang menggelayuti mata dan punggungnya. Di luar, corong masjid melantunkan ayat-ayat Alquran kemudian diteruskan dengan azan subuh.
Maksum bangkit dari ranjang dan menguap lebar. Turun dari ranjang kemudian berjalan tersuruk-suruk seperti zombie sambil merem-melek. Langkahnya menuju tembok sisi selatan dimana dia menggantungkan handuk dan pakaian. Sekali jurus handuk sudah di pundaknya lalu dia membuka pintu yang dekat dengan tangan kanannya. Sebelum keluar kamar, dia menengok istrinya yang masih terkapar di ranjang, hanya tertutup kain sarung. Nikmah masih menikmati tidurnya padahal biasanya dia yang bangun lebih dulu. Mungkin kecapekan setelah melayani birahi Maksum yang meluap-luap semalam.
Terbayang kedamaian di wajah Nikmah yang membuat Maksum tersenyum. Dan Maksum keluar ke kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandi jinabat agar dapat menunaikan sholat.
Di lorong rumah indekos keadaan masih lengang. Di dapur, juga di petak cucian, para penghuni rupanya belum pada bangun. Nggak biasanya begini ,pikir Maksum. Setiap subuh biasanya sudah ada yang sibuk masak atau nyuci. Otak Maksum jadi plong merasakan bisa melenggang bebas ke kamar mandi.
Selesai mandi , Maksum membangunkan istrinya supaya mandi jinabat juga. Saat istrinya mandi , Maksum kembali rebah di ranjang, menunggu sang istri selesai mandi untuk menunaikan solat berjamaah. Di saat penantiannya itu, Maksum lagi-lagi diserang setan kantuk. Dia berjuang keras membuka mata. Dua mata. Ketika dua matanya tak bisa dipertahankan berbarengan , dia mencoba membuka satu mata bergantian. Apa saja dilakukan seperti mengerjap-ngerjap dan memijit-mijit sekitar mata. Tapi setan lebih digdaya, Maksum pun terlelap.
Beberapa saat kemudian dia terbangun . Rasanya ada yang mengguyur mukanya. Saat matanya terbuka, dilihatnya Nikmah sedang memegang gelas berisi air. Sebagian isinya telah mendarat di muka Maksum, membuatnya tergagap seperti habis tenggelam.
" Maahh, kalau ngasih air kira-kira yoo..!"
Nikmah tersenyum ," ya sudah aku kira-kira Mas, kalau nggak , kasurnya basah semua yoo..".
Sebenarnya Maksum sendiri yang memberi mandat kepada Nikmah supaya menyiram mukanya jika dia susah melek. Meski begitu dia tetap dongkol juga.

Jam lima, rumah indekos mulai gaduh. Ada yang sibuk dengan alat dapur, ada yang membunyikan musik , dan ada yang momong anak. Suara pria dan wanita bersahutan, rupanya membicarakan acara tivi semalam. Maksum sendiri tidak nonton tivi , habis isyak dia sibuk di ranjang.
Rumah indekos memiliki sepuluh kamar dengan posisi berhadap-hadapan antara lima kamar. Dipisahkan koridor selebar satu meter. Seluruhnya dihuni oleh para buruh pabrik . Dan sebagian besar adalah buruh yang bekerja di pabrik yang sama dengan Maksum.
Tempat itu tergolong paling bagus. Kamar-kamarnya besar dan berlantai keramik putih yang selalu tampak bersih.Di luar kamar dilengkapi fasilitas dapur yang lapang, tiga kamar mandi , kakus dan petak untuk menyuci pakaian. Tuan rumah juga menyediakan tempat untuk menampung sepuluh sepeda motor. Tempat itu juga dekat dengan pabrik. Rata-rata para penghuni mengaku betah tinggal di situ.

Semua fasilitas itu harus dibayar sembilanpuluh ribu rupiah per bulan. Ongkos segitu tergolong murah bagi buruh yang mendambakan kenyamanan indekos di daerah pinggiran Surabaya. Di tempat lain biasanya hanya dapat kamar kecil minim fasilitas. Tak jarang dikenakan biaya tambahan untuk pemakaian listrik menurut barang elektronik yang dibawa ke kamar indekos.
Pemakaian listrik bagi para penghuni di tiap kamarnya los karena berdaya besar, tapi harus pandai membagi pemakaian, kalau tidak ,listrik akan gampang njeglek. Para penghuni rata-rata membawa televisi, video player, magic jar, kipas angin plus setrika listrik. Kalau semua diaktifkan berbarengan pastilah overload sehingga arus listrik putus. Mau tidak mau mereka harus saling tenggang rasa dan tidak mementingkan keperluan sendiri.

Setelah solat Nikmah beranjak ke dapur membuatkan sarapan dan wedang kopi untuk Maksum. Sementara Maksum masih duduk bersila di lantai beralas sajadah dengan kedua tangannya menadah dengan khusyuk. Setelah mengajukan segala permohonan kepada Tuhan, Maksum melipat sajadah , menyampirkannya di mahkota ranjang lalu duduk di kursi plastik dan menyetel radio untuk mendengarkan program favoritnya. Suara berat agak serak keluar dari speker tape recorder merek Polytron yang diletakkan di meja dekat tembok sisi timur, menyapa para pendengar, "Assalaamualaikum warohmatullohi wa barokatuh, sohib muslim, pendengar Radio HAMKA Fm...yang mulia, ucapan syahadat , aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang aku sembah selain Alloh dan Nabi Muhammad adalah Rosul Alloh, adalah deklarasi kemenangan bagi umat manusia yang telah keluar dari dunia kegelapan...
Maksum terpaku di samping meja menyimak program radio yang berjuluk 'Pedoman Hati. program ini berisi tausyiah dan tanya-jawab soal agama yang diasuh oleh lima ustadz secara bergantian . Hari selasa ini diisi oleh ustadz Tanzil Bayan. Terdengar suaranya yang khas meyakinkan pendengarnya , " syahadat adalah sumpah pusaka yang lebih agung dari sumpah-sumpah yang lain. Ini pernyataan takluk kepada Sang Khalik, Pencipta, Pemilik dan sekaligus Penggerak alam semesta dan segala jenis makhluk.
Syahadat merupakan pijakan dasar untuk membuka jalan ke derajat kemuliaan yang paling tinggi di sisi Tuhan yang hakiki. Sohib muslim, jalan hidup yang mesti ditempuh oleh orang yang telah bersyahadat tidaklah mudah. Memang , setelah dia mengambil syahadat, Alloh mengangkat derajatnya di atas umat manusia yang lain. Lantas apakah sudah selesai urusan syahadat ini ?, lantas memperoleh kesenangan hidup begitu saja, dan bisa lenggang kangkung lalu meloncat mulus ke surga ?.
Apabila kita beranggapan seperti itu maka kita tersesat kembali setelah mengambil jalan yang benar. Sohib muslim, setelah bersyahadat kita telah menjadi seorang muslim yang artinya orang yang menyerahkan diri dengan tunduk kepada hukum-hukum Alloh. Apa konsekuensinya?, seluruh jiwa raga, seluruh lelaku dan sikap, apa-apa yang ada pada diri kita, kita persembahkan hanya untuk Alloh. Tak ada Tuhan lain, berhala atau dewa yang patut disembah dan menjadi tujuan kita mencurahkan seluruh hidup dan ibadah kecuali hanya kepada Alloh...
Nikmah kembali ke kamar mengantarkan sepiring mi goreng instan dan segelas kopi ke meja. Maksum menerimanya dengan sorot mata yang mengatakan terima kasih dan segera melahapnya. Nikmah biasanya ikut makan tapi kali ini dia keluar lagi sambil membawa bak berisi baju-baju kotor. Sementara suara ustadz Tanzil yang mengisi ruang kamar mereka masih terus tersiar...
" kehidupan kita sepenuhnya milik Allah, karena asalnya dari Allah maka semuanya akan kembali kepada Allah. Tak ada yang lebih indah bagi seorang muslim selain kembali kepada Tuhannya dengan membawa keimanan dan amal soleh serta beroleh kebahagiaan surga di sisiNya.

sebagai muslim kita tidak bisa senantiasa hidup enak atau setiap hari bisa berleha-leha dan berhura-hura, tapi sebaliknya kita ditantang oleh Allah untuk melewati bermacam ritual seperti solat , puasa, mengeluarkan sebagian harta, berqurban dan berhaji serta amalan-amalan lainnya seperti yang dicontohkan nabi...".

Selesai menyantap mi dan minum air dari botol plastik, ganti wedang kopi yang digasak. Kemudian dia memakai seragam kerja, kaos biru dan celana hitam. Setelah merapikan rambutnya di depan cermin, dia kembali duduk di samping meja, menyimak lagi ceramah radio dengan ditemani sebatang rokok.

Dari radio terdengar ustadz Tanzil Bayan membacakan ayat 214 surah Al Bakoro dan sampai pada ujung ayat ,"...mata nashrullah, ala inna nashrullah koribun, ataukah kamu kira bahwa kamu akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepadamu seperti yang pernah datang menimpa orang yang telah lalu sebelum kamu : telah menimpa mereka malapetaka dan kesengsaraan dan mereka digoncangkan sehingga berkata rasul dan orang-orang beriman bersamanya : kapankah pertolongan Alloh datang ?, ketahuilah sesungguhnya pertolongan Alloh itu sangat dekat ".
Maksum merinding mendengar bunyi ayat itu. Ustadz di radio itu seolah tahu situasi yang dihadapinya saat ini dan menujukan ayat itu khusus kepada dirinya. Saat ini nasib hidupnya memang sedang digoncang. Pekerjaannya terancam dan hari demi hari dibayangi kesengsaraan. Walaupun malapetaka hebat belum benar-benar datang seperti yang pernah dirasakan oleh rosul dan pengikutnya dulu, namun kecemasan telah menggerogoti Maksum selama tiga bulan ini. Dan dia berharap apabila kesengsaraan itu benar-benar terjadi , pertolongan Alloh segera datang .
Alloh punya rencana bagi setiap makhlukNya dan tak jarang rencanaNya itu berbeda dengan keinginan makhlukNya . Apapun rencanaNya kini yang pasti sangat memusingkan . Hidup sebagai pekerja dengan upah minimum sudah sulit ditambah tanggung jawab sebagai ketua serikat pekerja yang harus memperjuangkan rekan-rekan sekerja semakin menambah beban hidup Maksum.
Maksum dan kawan sesama pekerja di PT. Gramianfood tengah menghadapi dilema . Sebuah konsorsium investor yang selama ini memberi dana pinjaman pada PT. Gramianfood mengambilalih manajemen perusahaan demi menyelamatkan aset-aset perusahaan yang telah diklaim menjadi milik mereka karena pemilik Gramianfood gagal memberikan keuntungan dan tak bisa melunasi hutang-hutang yang jatuh tempo.
Semula akuisisi itu dianggap cara yang baik oleh serikat pekerja . Harapan mereka perusahaan kembali sehat dan itu berarti masih ada pekerjaan . Tapi kenyataannya , perusahaan berpindah ke tangan orang-orang kapitalis tulen yang menerapkan cara-cara seperti pengusaha perkebunan jaman kolonial. Mengelola perusahaan dengan prinsip ekonomi paling rakus di bawah bendera NEOCAP. Sebuah grup investasi yang banyak mengambilalih perusahaan teknologi, farmasi dan makanan di berbagai negara.

Outsourthings...

Dibawah kendali manajemen baru, serikat pekerja disodori proposal dengan dalih untuk menyehatkan perusahaan. Kebijakan itu mungkin strategis bagi NEOCAP , tapi tragis bagi serikat pekerja. Bagaimana tidak tragis, begitu Ryo, si GM baru masuk kantor tiga bulan yang lalu, tanpa basa-basi atau beramah tamah dengan serikat pekerja langsung menyodorkan dua opsi kepada para pekerja. Kedua opsi itu tidak ada yang enak untuk dipilih. Pertama, PHK dengan pesangon dua kali gaji sebulan atau kedua, tetap bekerja tapi dengan status pekerja baru, itu sama dengan masa kerja kembali nol.
Ryo memberi waktu dua bulan agar para pekerja berpikir untuk menentukan pilihan. Oleh Maksum diulur ulur sampai tiga bulan ini sambil dia berusaha melobi GM baru itu agar tetap menggunakan perjanjian kerja bersama sebagai acuan untuk menelorkan kebijakan.
Ryo menganggap PKB itu sudah tidak relevan dengan kondisi perusahaan sekarang yang sudah ganti pemilik dan butuh restrukturisasi untuk membangun kembali perusahaan agar tidak kolaps. Salah satu upayanya adalah mengurangi ongkos buruh yang rata rata memiliki masa kerja 15 tahun.
Padahal jelas pasal undang-undang ketenagakerjaaan menyatakan bahwa PKB tetap berlaku sampai berakhir jangka waktunya meski ada pengalihan kepemilikan perusahaan.
Maksum stress. Tapi sestress stressnya Maksum, dia masih pegang teguh petuah ibunya : jadikanlah solat dan sabar sebagai penolongmu.
Sejak lama Maksum tahu, bahwa tidak ada sesuatu pun yang abadi kecuali perubahan, dan menyikapinya dengan menerima setiap perubahan dengan belajar beradaptasi. Belajar apa saja demi menyocokkan diri dengan kondisi. Tapi tetap saja perasaannya sungguh meradang begitu menghadapi perubahan yang hampir mendekati kenyataan, karena kenyataannya sangat membuat gentar. Menit demi menit berguliur menggores-goreskan gambar perubahan hingga tampak lebih kentara. Tampak seperti lukisan yang didominasi warna kelabu...
Ustadz Tanzil Bayan masih meneruskan ceramahnya, "...berjuang, berjuang dan bersabar itulah yang harus dilakukan seorang muslim. Kalau umat lain berjuang untuk kejayaan yang berarti menangguk kekayaan jutaan dollar dan simbol-simbol kesuksesan lainnya, tidak dengan umat muslim. Umat muslim berjuang untuk menegakkan keyakian dan syariat islam demi merengkuh ridho Ilahi. Umat muslim tidak dilarang untuk kaya dan sukses. Umat harus kaya dan bermartabat, beradab, berbudaya, tapi yang lebih penting adalah sukses meraih ridho Allah, sukses membantu sesama sukses membina akhlak istri dan anak-anak, sukses mendapatkan dipan-dipan yang dikelilingi pelayan dan jamuan abadi di surga. Sohib muslim selamat berjuang, tentunya tanpa pamrih duniawi , hanya mengharap ganjaran dari Allah. Semoga sukses beramal hari ini...".
Setelah ustadz Tanzil Bayan mengucapkan salam untuk undur diri, Maksum lantas berdiri dengan dada mantap. Jiwanya bergolak setelah dipanasi tausyiah dari radio. Dia ingin segera keluar ke jalan dan teriak-teriak membakar emosi teman-temannya,' jangan takut, rejeki di tangan Allah, maut di tangan Allah, ayo maju ambil hak-hak kita !'.
Dia pamit pada Nikmah di petak cucian dengan menyembunyikan tekat ,'Nikmah masmu mau berjuang sampai kaki putus atau sampai mampus demi Allah untuk kebahagiaanmu juga sayang !'. Seolah membaca pikiran suaminya, Nikmah yang sedang mengucek kaos t-shirt di bak cucian ,berkata, " hati-hati ya mas !".

Matahari telah mengganti keadaan gelap menjadi terang dengan sinarnya yang masih sejuk saat Maksum keluar dari rumah indekos. Diteras dia menjumpai dua orang sesama penghuni yang juga rekan sekerja
di pabrik,meluncur meninggalkan teras.
Maksum memanggil keduanya,"Long ! Her !".
Membuat mereka berhenti untuk menoleh kepada Maksum yang menyusul mereka untuk jalan bareng, jalan pelan-pelan melewati gang yang ada diantara rumah indekos dan rumah Abah Basori, pemilik rumah indekos.Posisi rumah indekos ada di belakang rumah Abah Basori. Selanjutnya mereka memintas tanah kosong,juga milik Abah Basori menuju jalan kampung berpaving.
Ketiga pekerja yang sama-sama mengenakan seragam pabrik berupa kaosT-Shirt biru yang depan-belakangnya ada logo perusahaan dan celanahitam itu seolah pergi tanpa tujuan yang jelas,tanpa semangat kerjayang bergas. Seperti terlihat dari sandal jepit mereka.
Orang yang dipanggil Long, berjuluk Plolong, karena memiliki mata lebar dan bola matanya tampak seakan mau meloncat. Nama aslinya Marsudi, usianya sebaya dengan Maksum, 36 tahun. Plolong berjalan diantara Maksum dan Heri. Berjalan dengan gaya seperti Shaggy, rekan Scooby Doo yang selalu tampak santai.
Plolong memulai percakapan dengan nada ogah-ogahan diikuti bayangan tubuhnya yang memanjang ke arah barat.
" Nanti mulai produksi lagi ya ?", katanya pada Maksum di sisi kanannya.
" Ya, aku dengar begitu ", jawab Maksum.
" Apa masalah opsi itu sudah beres ?".
" Belum ini nanti ada meeting lagi membahas masalah itu, nanti kita akan didampingi orang PC ". Yang dimaksud orang PC adalah pengurus Dewan Pengurus Cabang Serikat Pekerja Makanan dan Minuman Kabupaten Sidoarjo.
" Jadi belum ada keputusan ? ".
" Belum , kita masih terus berunding, mereka gak bisa seenaknya".
Heri yang bertampang pendiam ikut nimbrung," kita nanti mau mogok Long,masak kita disuruh ikut menanggung hutang perusahaan !".
Plolong kaget," Hah , gimana kok sampai begitu Sum ?".
" Mereka memelintir isi PKB, Long ".
" isi yang mana ?".
" Di PKB bab Dua itu memang tertera pasal : bersama-sama ikut mengembangkan perusahaan dan mengatasi masalah-masalah perusahaan,tapi gak ada undang-undang yang menguatkan bahwa pekerja diharuskan ikut menanggung hutang-hutang perusahaan akibat salah urus manajemen perusahaan " .
Percakapan pun jadi panas. Plolong lantas ngoceh tentang resiko yang memang seharusnya ditanggung pengusaha.
Tindak tanduk mereka di awasi oleh sekumpulan ibu- ibu yang merubung dagangan tukang sayur keliling. Mereka pun sadar obrolan mereka memancing perhatian ibu-ibu karena ramai banget. Mereka
mengalihkan mulut untuk menyapa ibu-ibu RT 1 RW 2, Desa Karangbungitu. Mereka kenal baik dengan ibu -ibu itu dan keluarganya hasil sosialisasi mereka kos di RT 1 RW 2, Desa Karangbung selama belasan
tahun.
Sejak awal bekerja di Gramianfood hingga kini, berarti Maksum telah berinteraksi dengan lingkungan desa itu sekitar limabelas tahun lebih. Dia masuk bareng Plolong. Daerah asal Maksum Waru Sidoarjo, sedangkan Plolong Mojosari Mojokerto. Tapi Plolong indekos lebih dulu setelah menikah, disusul Maksum dua tahun kemudian. Sedangkan Heri yang bertampang dingin mirip Ariel Peterpan tapi berkulit gelap, asalnya dari Madiun. Masa kerjanya lebih muda daripada Maksum. Seperti kebanyakan anak-anak Madiun lainnya , dia juga berlatih pencak silat. Itu membuat tubuhnya gempal. Usianya kini 30 tahun dan masih betah membujang.
Pagar tembok pabrik setinggi tiga meter sudah kelihatan saat mereka berbelok ke kanan mengikuti alur jalan. Mereka harus melewati lagi sebuah belokan ke kiri untuk menuju pintu pabrik khusus karyawan yang ada di dekat jalan raya by pass Krian. Masih 800 meter lagi dari tempat mereka berjalan sekarang. Perusahaan membangun pagar tembok cor mengelilingi tanah seluas 486 meter kali 124 meter persegi. Dulunya merupakan lahan persawahan milik keluarga abah Basori. Pada era 90-an perkembangan industri di Sidoarjo yang pesat membutuhkan lahan yang sangat luas. Dengan cepat industri telah mencaplok lahan-lahan di wilayah timur dan selatan Sidoarjo. Para pengusaha pun berbondong-bondong mencari lokasi di wilayah barat, kawasan Krian dan Balongbendo, baik pemain lama maupun baru.
Entah kebetulan atau tidak, pemerintah pada pertengahan dekade 90-an membuka jalan bypass Krian. Pembukaan bypass itu bertujuan untuk mengurai kemacetan yang sering terjadi di jalur lama yang melewati pasar Krian. Dengan cepat lahan yang ada di kanan-kiri jalan bypass pun mendadak laris. Harganya pun menjulang. Padahal sebelum bypass dibuat, orang yang mau beli tanah disitu berpikir seribu kali walau harganya murah. Dengan cepat lahan-lahan itu pun beralih fungsi menjadi pabrik, garasi truk, pom bensin , rumah sakit dan tempat pelatihan calon TKI.
Adanya jalan bypass yang lebih lebar dan terbagi dua jalur banyak membantu kelancaran arus kendaraan , baik yang menuju Mojokerto maupun arah sebaliknya menuju Surabaya. Tidak harus tertahan lama-lama di kawasan pasar Krian. Kecepatan arus kendaraan itu membantu percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah Sidoarjo bagian barat. Tidak cuma itu, berpengaruh juga bagi perkembangan kota-kota seperti Mojokerto dan Jombang.
Sebelum kawasan jalan by pass berubah menjadi kawasan industri,beberapa spekulan tanah mengendus rencana para investor yang ingin membangun pabrik atau membuka usaha di kawasan itu. Mereka pun
berlomba -lomba membeli tanah warga di sepanjang jalan by pass, atau hanya jadi makelar dengan mengutip komisi gede. Hingga membuat harga tanah jadi lebih mahal dari NJOP. Peluang bisnis ini tak dilewat kan oleh Abah Basori. Dia berhasil mengumpulkan modal untuk membeli tanah- tanah persawahan milik saudara-saudaranya. Lantas bersama tanah sawah warisan jatahnya sendiri,dia jual semuanya kepada pemilik Gramianfood yang lama, langsung tanpa perantara. Harganya lebih murah daripada tanah-tanah yang dikuasai spekulan,tapi Abah Basori masih mengantongi untung berlipat-lipat.Tanah itu diperuntukkan bagi proyek relokasi pabrik Gramianfood yang semula berada di Surabaya.
Transaksi tanah itu membuat Abah Basori menjadi jutawan baru. Dia yang semula sopir angkot berpenghasilan seratus ribu per hari berubah jadi juragan di desa Karangbung. Dia bisa menunaikan ibadah haji dan membeli armada angkutan, mulai angkot,mobil sewa, juga truk untuk disewakan.
Era pertanian pun berakhir.
Para pekerja Gramianfood terlihat menyemut di jalan berpaving yang menuju arah jalan bypass. Jalan itu tampak dipenuhi warna biru seragam pekerja. Di samping kiri mereka tembok pabrik sepanjang setengah
kilometer lebih,sedang di sisi lainnya berupa tanah kosong milik pabrik sebelah. Tujuan mereka adalah pintu khusus karyawan di ujung tembok sana. Bayang-bayang mereka di tembok seakan diikuti oleh bayang-bayang PHK yang membikin resah. Rona-rona penasaran dan kuatir menyelinap dalam riasan wajah para pekerja wanita. Gincu-gincu keluh kesah menyisip di bibir mereka. Gimana nasibku nanti jadi
penganggur,gimana nasib cicilan yang belum terlunasi, gimana nasib anak-anakku ?.
Maksum,Plolong, dan Heri ikut renyuh mendengar dan merasakan keluhan mereka seperti menghayati nasib mereka sendiri. Sepeda motor yupiter berhenti di depan mereka. Iwan, anak bagian packing, membuka kaca helmnya dan mengajak Maksum naik ke boncengan. Plolong dan Heri rela Maksum berjalan lebih dulu mendahului mereka karena dia sedang dibutuhkan untuk urusan yang mahapenting, yaitu mengkordinasi aksi mogok yang siap dilakukan beberapa menit lagi. Iwan yang menawarkan boncengan termasuk kordinator aksi. Dia pagi-pagi telah pergi ke rumah salahsatu pengurus cabang SPMM untuk meminta bantuan menguruskan perijinan aksi ke polisi .
"MInggir,minggir,minggir..", teriak Iwan sambil mengklakson para pekerja yang menyemut di gerbang checklock. Mereka pun membelah seperti domba- domba yang digesah penggembala. Iwan membawa motornya sampai ke depan pos satpam,berhenti di depan pintu supaya Maksum bisa cepat masuk ke pos untuk menemui Udin,satpam yang sedang bertugas.
Maksum meloncat turun dari boncengan dan menemui Udin di mejanya yang sedang membuat catatan di buku besar.
"Din nanti jangan dibunyikan belnya ya,kita mau demo".
"Oke Sum,aku dukung!", kata Udin semangat.
"oke,terima kasih,kamu solider Din".
"iya sih, nasib kita sama Sum, sama-sama terzolimi".
Maksum menepuk nepuk pundak satpam Udin lantas bergegas keluar menuju kantor sekretariat serikat pekerja perusahaan yang ada dibelakang bangunan utama pabrik. Berjalan lagi sekitar lima menit ke arah selatan.
Bangunan utama pabrik merupakan rumah raksasa dengan atap segitiga setinggi duapuluh meter. Membujur dari utara ke selatan dengan panjang dua ratus meter lebih . Dari arah tempat Checklock dalam jarak seratus meter, para pekerja dapat melihat pintu geser besar berwarna hijau yang menjadi pintu gudang penyimpanan barang produksi yang telah dipacking. Bagian ini memiliki teras setinggi satu meter dari muka tanah. Dibuat untuk mengimbangi ketinggian bak truk yang berguna dalam memudahkan pemindahan barang kiriman dari gudang ke truk. Untuk memudahkan identifikasi lokasi, terutama untuk pengecekan keamanan,bagian ini biasa disebut Pintu Utara.
Maksum menyisir jalur berbatu paving selebar lima meter, berjalan lebih dekat di sebelah area bangunan bengkel dan kantor, tempat tangki penyimpan minyak goreng,ruang kompresor dan mushola.Area itu berada di seberang timur pabrik. Beberapa mobil staf perusahaan pun mulai berdatangan .

Satu mobil yang pertama muncul melewati gerbang untuk kendaraan adalah mobil panther hijau yang dikemudikan Winardi, kepala bagian personalia. Kemudian mobil kedua menyusul masuk, AVANZA warna krem, yang disopiri sendiri oleh Gondo, kepala bagian produksi. Avanza lainnya mengekor di belakang mobil Gondo,mobil jemputan untuk staf akunting. Mobil-mobil dinas itu menuju tempat parkir khusus mobil staf yang ada di sisi barat.
Winardi yang paling dulu keluar dari mobilnya. Buru buru dia menutup pintu, berjalan ke arah para pekerja yang masih bergerombol di tempat parkir sepeda motor di sisi timur. Sebelum Winardi mendekat ke kerumunan pekerja, Iwan yang sudah memarkir sepeda motornya,menyongsong Winardi. Mereka pun terlibat pembicaraan singkat dan tampak jelas raut wajah Winardi jadi gusar. Winardi berjalan lagi menuju arah yang sama seperti yang diambil Maksum tadi, diikuti Iwan di belakangnya.
Sinar matahari belumlah panas terik, tapi sudah bikin kepala Winardi cenut-cenut begitu mengetahui aksi demo benar-benar dilaksanakan. Maksum telah merencanakan aksinya jauh-jauh hari. Segala prosedur sudah ditempuh. Upaya bipartit pun akan ditingkatkan menjadi tripartit,tapi sebelumnya manajemen harus ditekan lebih dulu dengan sebuah aksi.
Di dalam ruang kantor sekretariat PUK, yang biasa hanya disebut PUK,Maksum memeriksa ponselnya, barangkali ada SMS yang masuk. Setelah tak ada SMS , dia menerawangi ruang PUK, sebuah ruang 2X6 meter yang disediakan perusahaan untuk mengkoordinasikan segala macam kegiatan serikat. Hawanya pengap karena jarang dibuka. Di dalamnya terdapat perangkat satu buah meja,satu kursi plastik dengan sandaran,satu bangku kayu panjang dan sebuah lemari plastik tempat menyimpan arsip.Maksum duduk di kursi plastik di belakang meja seperti satpam, tapi bagi Maksum tetep saja seperti duduk di kantor, padahal pos satpam lebih bagus dari kantor sekretariatnya.
Di ruangan sempit itulah Maksum membicarakan permasalahan permasalahan rekan sekerja bersama para pengurus serikat pekerja yang lain dan dalam beberapa minggu ini semakin intens. Ruang PUK itu jadinya sering disambangi Maksum. Di ruang sempit itu Maksum merencanakan aksi mogok kerja, walaupun sudah beberapa bulan para pekerja tidak melakukan pekerjaan apapun karena adanya peralihan status perusahaan. Namun karena mereka akan dipekerjakan kembali dengan kondisi yang berbeda, maka dirasa perlu untuk menolak perintah bekerja itu.
Sementara itu para pekerja berangsur-angsur merapat di sisi timur bangunan pabrik. Jumlahnya sekitar empat ratus,bergerombol di seberang pintu ruang produksi atau pintu timur. Sebagian memilih duduk-duduk di teras mushola. Maksum akan hadir di meja perundingan mewakili mereka semua membawa misi suci seperti nabi Isa yang memintakan makan bagi bangsa israil. Mata mereka sedang tertuju pada Winardi yang berjalan menuju ruang PUK & empat orang kordinator mogok yang membuntutinya, mereka adalah Iwan,Amin,Tomo dan seorang wanita bernama Karti . Empat orang yang disebut terakhir itu bersama Maksum adalah lima serangkai tulang punggung PUK.
Mereka berlima bersama satu orang dari PC SPMM adalah delegasi yang akan maju berunding dengan orang -orang manajemen. Ini adalah pertemuan ketiga kalinya yang apabila gagal mencapai kata sepakat akan dilanjutkan ke tingkat tripartit atau mediasi. Maksum sendiri berharap kalau bisa permasalahan para pekerja Gramianfood tidak berlanjut ke tripartit atau sampai ke pengadilan, tapi bisa diselesaikan hari ini juga di dalam kantor pabrik sendiri . Kedua pihak bisa mencapai win-win solution dengan iktikad baik dan perusahaan segera berproduksi kembali. Tak ada syarat yang merugikan hak-hak pekerja dan tak ada PHK. Maksum akan berupaya keras mempertahankan pekerjaan di pabrik ini karena para pekerja masih punya tanggungan menyekolahkan anak-anak mereka yang rata-rata masih SD-SMP.
Apalah artinya uang pesangon 30 juta di tengah ekonomi negara yang himpit lilit seperti sekarang. Pasti pesangon yang tidak seberapa itu akan habis dalam waktu singkat. Itupun jika manajer yang baru sudi memberikan pesangon sebesar itu. Orangnya sungguh licin memelesetkan PKB. Bagi yang bisa berdagang, tak akan susah melamar pekerjaan lagi . Tapi bagi yang tidak berketrampilan dagang akan bersaing dengan angkatan kerja baru yang lebih fresh. Umur mereka rata-rata di atas 30,bukan termasuk syarat ideal dalam lowongan kerja seperti pada umumnya.
Maksum sedang melongok ke jendela ketika orang yang dipanggil Pak Win atau lengkapnya Winardi Prasetyo tampak berjalan dengan lambaian yang cepat,tegang, gusar menuju ke arah kantor PUK di depan para rekan rekan pengurusnya. Saat masuk ke kantor PUK mukanya seakan maumeledak.
"Sum,kok mogok begini, katanya kemarin mau meeting?".
Maksum segera berdiri mencoba mengontrol emosi. "Ini tuntutan
anak-anak Pak,mereka minta kejelasan masalah opsi itu dulu".
"Tapi kamu bilang kemarin..".
"Mereka mau bekerja kalau kami sudah berunding dengan manajemen untukmemutuskan solusi yang sama-sama enak".
Iwan yang tinggi,kurus, keriting ikut unjuk bicara, "iya,Pak Win,pertemukan kami dengan Pak Ryo. Kami terpaksa mogok karena kebijakannya yang seenaknya sendiri. Ini Indonesia Pak,bukan India".
Winardi geleng-geleng. Dadanya sesak menghadapi urusan mogok kerja ini. Sebagai kabag personalia dirinya telah lama akrab dengan urusan serikat. Dia telanjur kenal baik dengan jajaran pengurusnya. Semua
pekerja tahu siapa dia dan Winardi juga tahu semua person-person di pabrik ini. Asal usulnya dia hapal semua. Dia dari dulu tak berharap menghadapi mereka seperti dalam situasi saat ini. Selama 15 tahun jadi
kabag personalia baru kali ini dia merasakan menghadapi pekerja Gramianfood demo mogok kerja.
Sebenarnya sejak awal Winardi tidak setuju dengan kebijakan Ryo yang menawarkan opsi dilematis pada pekerja. Membuat mereka serba sulit. Dirinya yang sejak lama komit dengan kesejahteraan pekerja juga dihinggapi dilema. Tapi sebagai bagian dari manajemen dia harus mendukung atasan seratus persen walau hati nuraninya menentang.
Sempat dia mengungkapkan pada Maksum betapa gilanya ide dari Ryo.Ekstrim dan menabrak aturan. Tapi Winardi juga berpesan pada Maksum agar sebisa mungkin tidak sampai menempuh jalur hukum. Sebab para pekerja akan kalah dana dan kalah waktu. Jalur hukum tidak bisa ditempuh sehari dua hari tapi bisa sampai bertahun-tahun. Di situlah para pekerja akan tidak tahan berurusan dengan hukum tanpa dana yang
cukup. Apa mereka tidak butuh biaya untuk keluarga mereka? Bagaimana mereka dapat penghasilan kalau terus-terusan mengurusi kasus ketenagakerjaan yang mereka hadapi?.Winardi menghimbau agar Maksum melakukan pendekatan kooperatif untuk melunakan hati Ryo, bila perlu para investor yang ada dibelakang
Ryo. Cukup bipartit. Namun upaya merayu manajemen tidak jua ketemu titik yang melegakan.
Manajemen selalu berdalih punya dasar hukum yang kuat untuk menawarkan opsi itu kepada para pekerja. Dasarnya adalah PKB yang ditafsirkan secara tidak patut dan tidak mengindahkan peraturan yang lain. Dikait-kaitkan dengan perjanjian kredit yang dibuat manajemen terdahulu dengan investor, yang katanya berhubungan dengan satu pasal dalam PKB yang melibatkan serikat pekerja.


SELAMAT MEMBACA.