Para pekerja Gramianfood terlihat menyemut di jalan berpaving yang
menuju arah jalan bypass. Jalan itu tampak dipenuhi warna biru seragam
pekerja. Di samping kiri mereka tembok pabrik sepanjang setengah
kilometer lebih,sedang di sisi lainnya berupa tanah kosong milik
pabrik sebelah. Tujuan mereka adalah pintu khusus karyawan di ujung
tembok sana. Bayang-bayang mereka di tembok seakan diikuti oleh
bayang-bayang PHK yang membikin resah. Rona-rona penasaran dan kuatir
menyelinap dalam riasan wajah para pekerja wanita. Gincu-gincu keluh
kesah menyisip di bibir mereka. Gimana nasibku nanti jadi
penganggur,gimana nasib cicilan yang belum terlunasi, gimana nasib
anak-anakku ?.
Maksum,Plolong, dan Heri ikut renyuh mendengar dan merasakan keluhan
mereka seperti menghayati nasib mereka sendiri. Sepeda motor yupiter
berhenti di depan mereka. Iwan, anak bagian packing, membuka kaca
helmnya dan mengajak Maksum naik ke boncengan. Plolong dan Heri rela
Maksum berjalan lebih dulu mendahului mereka karena dia sedang
dibutuhkan untuk urusan yang mahapenting, yaitu mengkordinasi aksi
mogok yang siap dilakukan beberapa menit lagi. Iwan yang menawarkan
boncengan termasuk kordinator aksi. Dia pagi-pagi telah pergi ke rumah
salahsatu pengurus cabang SPMM untuk meminta bantuan menguruskan
perijinan aksi ke polisi.
Bersambung ke Outsourthings (bag.13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar