"MInggir,minggir,minggir..", teriak Iwan sambil mengklakson para
pekerja yang menyemut di gerbang checklock. Mereka pun membelah
seperti domba- domba yang digesah penggembala. Iwan membawa motornya
sampai ke depan pos satpam,berhenti di depan pintu supaya Maksum bisa
cepat masuk ke pos untuk menemui Udin,satpam yang sedang bertugas.
Maksum meloncat turun dari boncengan dan menemui Udin di mejanya yang
sedang membuat catatan di buku besar.
"Din nanti jangan dibunyikan belnya ya,kita mau demo".
"Oke Sum,aku dukung!", kata Udin semangat.
"oke,terima kasih,kamu solider Din".
"iya sih, nasib kita sama Sum, sama-sama terzolimi".
Maksum menepuk nepuk pundak satpam Udin lantas bergegas keluar menuju
kantor sekretariat serikat pekerja perusahaan yang ada dibelakang
bangunan utama pabrik. Berjalan lagi sekitar lima menit ke arah selatan.
Bangunan utama pabrik merupakan rumah raksasa dengan atap segitiga
setinggi duapuluh meter. Membujur dari utara ke selatan dengan panjang dua ratus
meter lebih . Dari arah tempat Checklock dalam jarak seratus meter, para pekerja
dapat melihat pintu geser besar berwarna hijau yang menjadi pintu gudang penyimpanan
barang produksi yang telah dipacking. Bagian ini memiliki teras setinggi satu meter
dari muka tanah. Dibuat untuk mengimbangi ketinggian bak truk yang berguna dalam
memudahkan pemindahan barang kiriman dari gudang ke truk. Untuk memudahkan
identifikasi lokasi, terutama untuk pengecekan keamanan,bagian ini biasa disebut
Pintu Utara.
Maksum menyisir jalur berbatu paving selebar lima meter, berjalan lebih dekat di
sebelah area bangunan bengkel dan kantor, tempat tangki penyimpan minyak goreng,
ruang kompresor dan mushola.Area itu berada di seberang timur pabrik. Beberapa
mobil staf perusahaan pun mulai berdatangan . Bersambung ke Outsourthings (Bag. 14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar