SURABAYA (Surabaya Pagi) -
Perpecahan keluarga pemilik Maspion terus menjadi buah bibir kalangan
pengusaha, setelah terungkap Alim Satria (Lim Wem Ing) didepak kakak
kandungnya, Alim Markus (Lim WenKwang). Perpecahan yang terjadi
sejak akhir tahun 2011 ini, kini semakin kentara. Selain masih berperkara di
pengadilan, dua taipan asal Surabaya ini sekarang menggeluti bisnisnya
sendiri-sendiri. Mengetahui adiknya bisnis properti, Alim Markus berusaha
menguasai sejumlah tanah di lokasi strategis. Ironisnya, tanah yang diincar
Alim Markus ini ditenggarai berbisnis dengan beberapa tanah sengketa.
Bisnisnya kabarnya berbau spekulan.Beberapa taipan makelar tanah
menyebut, Alim Markus tidak memiliki jaringan kuat tanah luas, akhirnya
mengincar lahan-lahan lama eks peninggalan Belanda, selain lahan sengketa. Diantaranya tanah di Jl.
Pemuda, yang bersebalahan dengan Hotel Garden Palace Surabaya.
Dalam sengketa dengan Lim Wem Ing (Alim Satria) adiknya, Liem Wen Kwang (Alim Markus) berlomba
mencari pengaruh. Meski ia sudah memiliki pengacara perusahaan, diantaranya Sudiman Sidabuke, Alim
Markus sepertinya kurang percaya diri.Ia berusaha mencari pesaing
pengacara adiknya yaitu Jenderal (Purn) Hendro Priyono, SH, mantan
Kepala Bakin era pemerintahan Megawati. Sejumlah pengusaha Surabaya yang akrab dengan Alim
Markus menyebut, Presiden Maspion Grup itu hendak menghubungi tokoh
berpengaruh di Jakarta, TW (Tommy Winata) dan A Gwan. Tetapi ditolak.Sehingga perburuan Alim Markus
mencari pengacara diatas Jenderal Purn Hendro Priyono, sia-sia.Sementara mengenai pesangon Alim
Satria, agar hengkang dari MaspionGrup, makin tidak karuan. Ada pengusaha Jakarta yang menjadi
kenalan Lim Wem Ing, menyebut pesangonnya Rp. 4 triliun. Tapi beberapa pengusaha lain dari Malang,
Jember dan Jakarta menyebut pesangon yang disetujui Alim Maspion hanya Rp 1,8 triliun. ''Nilai Rp 1,8 triliun pun dibayar beberapa kali.
Saya dengar ada cek yang harus dibayarkan Alim Markus tanggal 30atau 31 Oktober ini,'' jelas pengusaha
asal Jakarta ini. Sedangkan Alim Satria,yang dihubungi Rabu siang tadi menyatakan sedang di Hongkong. Ia
tidak bersedia menjelaskan nilai pesangon dari kakaknya.
"Saya ini heran, mengapa bos sebesar Alim Markus ini main tanah. Kalau
tanah yang diincar tidak bermasalah sih nggak apa-apa. Lihat perkaranya dengan Sukotjo Gunawan (bos PT
Warna Warni) juga berawal dari kasus tanah. Kemudian di Bumi Maspion,
juga tanahnya berkasus dengan saudaranya sendiri," ungkap salah
seorang pengusaha yang minta namanya tak dipublikasikan, Rabu(30/10) kemarin.
Penelusuran Surabaya Pagi, gegeran Alim Markus dan Alim Satria ini
dilatarbelakangi transaksi jual beli lahan di kawasan industri Maspion IV dan V
yang berada I Gresik. Alim Markus menuduh penjualan tanah di sana tidak sah. Sengketa ini pun hingga
sekarang masih berjalan di pengadilan.
Rabu (30/10) kemarin, sudah memasuki sidang pembuktian. "Ada 3 bukti yang mereka ajukan pada majelis
hakim terkait masalah penjualan tanah Bumi Maspion, diantaranya pengangkatan blokir oleh kantor
Edward tertanggal 15 Juli 2013 yang ditujukan ke BPN. Tapi bukti-bukti yang
diajukan masih kurang. Mungkin sidang berikutnya, akan dilengkapi oleh pihak Maspion," ujar Mangatur
Sianipar, SH, MH, kuasa hukum Hani Soegeng Bagyo, adik ipar Alim Satria, usai sidang.
Namun persoalan tanah yang diduga melibatkan Alim Markus tak hanya Bumi Maspion. Berdasarkan data,
tanah di di samping perempatan Jl Pemuda-Jl Yos Sudarso dan bersebelahan dengan Hotel Garden,
juga sempat bermasalah. Alim Markus bersengketa lebih dulu dengan
dengan Surya Atmadinata, bos PT Singa Barong Kencana, untuk menguasai lahan seluas 2.000 meter
persegi itu. Kini, tanah itu dipagari dan terdapat banner yang menempel
dengan tulisan Maspion serta slogannya, cintailah produk - produk Indonesia.
Dari pantauan Surabaya Pagi, tanah kosong tersebut masih belum tersentuh oleh pembangunan apapun. Jika
dilihat dari satu - satunya pintu masuk lahan yang terbuat dari seng. Hanya terlihat lahan kosong yang belum
tergarap penuh rumput setinggi lutut orang dewasa. Sementara dipinggir
tepat di dekat pagar, berjajar sejumlah mobil yang berkarat. Sedang di bagian lain terdapat beberapa motor yang sengaja diparkir di sana. Di dalam lahan terlihat pos penjagaan ala kadarnya yang terbuat dari bahan
kayu dan triplek. Terlihat seorang security asyik tiduran di bangunan bedeng sederhana yang terletak di
tengah - tengah lahan.
"Katanya akan dibangun gedung perkantoran bertingkat gitu. Tapi saya dengar, katanya bermasalah
(sengketa, red). Sejak itu sudah tidak lagi ada aktifitas pembangunan", ucap
seorang sopir taksi yang biasa mangkal di halaman Grand Surabaya Hotel
yang tepat bersebalahan dengan lahan tersebut.
Surabaya Pagi juga mencoba menanyakan beberapa orang yang melintas di trotoar dekat pagar tanah,
rata - rata dari mereka tidak tahu tanah tersebut milik keluarga Maspion.
"Setiap hari Saya jalan kaki lewat sini kok mas. Dan setahu saya, pagar dan tanah ini sudah lama. Eman - eman mas. Padahal tanah di sini harganya mahal banget, di atas Rp 10 juta permeter perseginya. Tapi kenapa kok mangkrak seperti ini. Mungkin karena masalah, terus dipagari," ungkap Sandy, warga Kayun dengan
menggelengkan kepala.
Wajar saja jika warga mempertanyakan seperti itu. Usut punya usut, ada persaingan di
keluarga pemilik Maspion. Tak jauh dari lahan yang dipagari itu, berdiri
apartemen mewah di depan Delta Plaza (Plaza Surabaya), yakni Apartemen Trillium. Apartemen ini
dikelola Alim Satria dengan pengusaha lain yang menjadi kongsinya.
Bisa saja ini persaingan Alim Markus dan Alim Satria. Sebab, berdasar informasi di lingkungan Pemkot
Surabaya, lahan yang dipagai itu akan dibangun hotel bintang tiga plus setinggi 18 lantai. Selain hotel, akan
ada showroom produk-produk andalan Maspion. Belakangan ini, Alim Markus memang gencar membangun
hotel. Setelah sukses dengan Fave Hotel di Jalan Pregolan Surabaya,
Maspion juga membangun Quest Hotel di Semarang dengan investasi Rp 70
miliar. Pertengahan Desember 2013,hotel 12 lantau yang dikelola dengan
bendera PT Marindo Surya, anak usaha PT Maspion, akan dibuka resmi.
Tak cuma itu, Alim Markus juga mengincar lahan kantor Dinas Peternakan (Disnak) Jatim di Jl Ahmad
Yani Surabaya. Berdasarkan informasi,Alim Markus memang sejak tahun 2003 sudah mengincar kantor Disnak Jatim. Sebab, Alim Markus memiliki tanah di belakang kantor Disnak yang
luasnya mencapai 15,5 hektare pada tahun 2003, yang dibeli dari perusahaan tekstil Rahman Taman
Tekstil (Ratatex) milik Rahman Tamin.Keberadaan kantor Disnak Jatim ini
dianggap sebagai penghalang utama Maspion untuk mengembangkan
tanah seluas 15,5 hektare tersebut menjadi pusat bisnis.
Berawal dari penguasaan tanah Ratatex ini pula, Alim Markus
bersengketa dengan Sukotjo Gunawan, pemilik PT Warna Warni.
Meski berhasil menjebloskan Sukotjo ke tahanan polisi, namun Alim Markus
kalah dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Majelis hakim
menvonis bebas Sukotjo Gunawan.
Dalam kasus ini, Alim Markus, kata sumber di Maspion grup, kecewa berat. Ia masih tidak iklas kalah denganSukotjo Gunawan.
Terkait tanah Disnak, Alim Markus kala itu sempat mengakui mengincarnya.
"Itu pribadi, kalau Maspion tidak," ucap Alim Markus saat itu.
Alim Markus Bukan Orang Kaya Meski telah memiliki puluhan industri
(pabrik) dan jaringan bisnis lainnya,ternyata belum mengangkat nama
Alim Markus menjadi orang terkaya di Indonesia. Justru anak tertua
pasangan Alim Husin dan Angkasa Rahmawati itu masih kalah dengan
taipan asal Surabaya lainnya, seperti Alexander dan Melinda Tedja maupun
Hary Tanoesoedibjo. Ingin tahu buktinya? Dalam daftar 40 orang
terkaya di Indonesia versi majalah Forbes Maret 2013, nama Alim Markus
tak terdaftar. Pengusaha Surabaya yang masuk 40 orang terkaya Indonesia adalah Alex Tedja, bos
Pakuwon Grup dan Putra Sampoerna,
dari PT Sampoerna (Jie Sam Soe). Dari penelusuran Surabaya Pagi,
Rabu (30/10), selama tiga tahun terakhir terhitung sejak 2010 , nama
Alim Markus belum masuk menyentuh daftar orang terkaya Indonesia versi
Forbes maupun Globe Asia. Bahkan pada tahun 2013 ini, Majalah Globe
Asia edisi Juni 2013, nama Alim Markus ditempatkan dikursi ke 85 orang dari
urutan orang terkaya Indonesia.
Kekayaan Alim Markus dicatat sekitar 438 dollar AS. Menariknya, kekayaan
Alim Markus, justru kalah dengan wajah wajah baru seperti Lim
Hariyanto Wijaya dan K. Gowindasamy dan tidak ada apa-apanya dengan
kekayaan yang dimiliki Hary Tanoe,bos MNC yang kelahiran Mojokerto.
Alim Markus juga tak masuk 25 besar orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Dari 386 orang terkaya Asia Pasifik, terdapat 25 orang kaya yang berasal
dari Indonesia. Keluarga Hartono(Djarum) masih memimpin daftar orang
terkaya di Indonesia. Alim kalah dengan nama-nama lokal Surabaya,
seperti Hary Tanoesoedibjo di urutan 10. Melalui MNC Group, Hary Tanoe
memiliki kekayaan hingga US$1,7miliar atau mencapai Rp16,15 triliun.
Alim Markus juga kalah dengan Murdaya Poo. Pemilik Jakarta
Convention Centre (JCC) ini berada di peringkat 12 dari 25 orang terkaya se-
Indonesia, dengan kekayaan US$1,6miliar atau Rp15,2 triliun. Sedang
Alexander Tedja di urutan 24. Raja properti dan mal dari Surabaya
dengan bendera Pakuwon Group,memiliki kekayaan hingga US$1 miliar atau Rp9,5 triliun.
Pretasi paling moncer Alim Markus didapat tahun 2010. Saat itu, Alim
Markus masuk Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes menduduki
peringkat ke 37 dengan kekayaan 140 juta dollar AS. Peringkat ini pun, Alim
Markus masih kalah dengan Aburizal Bakrie di urutan pertama dengan
kekayaan 5,4 miliar USD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar