Rabu, 29 Agustus 2012

Outsourthings (bag. 15)

     Di dalam ruang kantor sekretariat PUK, yang biasa hanya disebut PUK,Maksum memeriksa ponselnya, barangkali ada SMS yang masuk. Setelah tak ada SMS , dia menerawangi ruang PUK, sebuah ruang 2X6 meter yang disediakan perusahaan untuk mengkoordinasikan segala macam kegiatan serikat. Hawanya pengap karena jarang dibuka. Di dalamnya terdapat perangkat satu buah meja,satu kursi plastik dengan sandaran,satu bangku kayu panjang dan sebuah lemari plastik tempat menyimpan arsip.Maksum duduk di kursi plastik di belakang meja seperti satpam, tapi bagi Maksum tetep saja seperti duduk di kantor, padahal pos satpam lebih bagus dari kantor sekretariatnya.
     Di ruangan sempit itulah Maksum membicarakan permasalahan permasalahan rekan sekerja bersama para pengurus serikat pekerja yang lain dan dalam beberapa minggu ini semakin intens. Ruang PUK itu jadinya sering disambangi Maksum. Di ruang sempit itu Maksum merencanakan aksi mogok kerja, walaupun sudah beberapa bulan para pekerja tidak melakukan pekerjaan apapun karena adanya peralihan status perusahaan. Namun karena mereka akan dipekerjakan kembali dengan kondisi yang berbeda, maka dirasa perlu untuk menolak perintah bekerja itu.
     Sementara itu para pekerja berangsur-angsur merapat di sisi timur bangunan pabrik. Jumlahnya sekitar empat ratus,bergerombol di seberang pintu ruang produksi atau pintu timur. Sebagian memilih duduk-duduk di teras mushola. Maksum akan hadir di meja perundingan mewakili mereka semua membawa misi suci seperti nabi Isa yang memintakan makan bagi bangsa israil. Mata mereka sedang tertuju pada Winardi yang berjalan menuju ruang PUK & empat orang kordinator mogok yang membuntutinya, mereka adalah Iwan,Amin,Tomo dan seorang wanita bernama Karti . Empat orang yang disebut terakhir itu bersama Maksum adalah lima serangkai tulang punggung PUK.
     Mereka berlima bersama satu orang dari PC SPMM adalah delegasi yang akan maju berunding dengan orang -orang manajemen. Ini adalah pertemuan ketiga kalinya yang apabila gagal mencapai kata sepakat akan dilanjutkan ke tingkat tripartit atau mediasi. Maksum sendiri berharap kalau bisa permasalahan para pekerja Gramianfood tidak berlanjut ke tripartit atau sampai ke pengadilan, tapi bisa diselesaikan hari ini juga di dalam kantor pabrik sendiri . Kedua pihak bisa mencapai win-win solution dengan iktikad baik dan perusahaan segera berproduksi kembali. Tak ada syarat yang merugikan hak-hak pekerja dan tak ada PHK. Maksum akan berupaya keras mempertahankan pekerjaan di pabrik ini karena para pekerja masih punya tanggungan menyekolahkan anak-anak mereka yang rata-rata masih SD-SMP.
     Apalah artinya uang pesangon 30 juta di tengah ekonomi negara yang himpit lilit seperti sekarang. Pasti pesangon yang tidak seberapa itu akan habis dalam waktu singkat. Itupun jika manajer yang baru sudi memberikan pesangon sebesar itu. Orangnya sungguh licin memelesetkan PKB. Bagi yang bisa berdagang, tak akan susah melamar pekerjaan lagi . Tapi bagi yang tidak berketrampilan dagang akan bersaing dengan angkatan kerja baru yang lebih fresh. Umur mereka rata-rata di atas 30,bukan termasuk syarat ideal dalam lowongan kerja seperti pada umumnya.
Bersambung ke Outsourthings (bag. 16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar