Minggu, 11 November 2012

Manufaktur,BBM & UMK dalam Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

     Di triwulan terakhir tahun 2012, kita dibuat ikut mikir tentang ulah oknum anggota DPR yang memalak sejumlah instansi pemerintah dan BUMN,tentang tawuran pelajar atau warga, tentang aksi menuntut kenaikan UMK dan penghapusan outsourcing dan kasus Hambalang. Di antara perca perca itu ada kabar bagus berhembus yaitu tumbuhnya sektor manufaktur Jatim. Isu deindustrialisasi yang sempat kencang pada periode lalu terbantahkan dengan iklim usaha manufaktur yang tumbuh positif pada triwulan ketiga tahun 2012.
     Catatan BPS JATIM,Pertumbuhan industri manufaktur mikro-kecil per triwulan ketiga 2012 sebesar 6,8 %, sedang industri besar tumbuh 6,5 %. Paling tinggi dari tingkat nasional. Namun pertumbuhan itu akan sedikit terganggu dengan adanya rencana kenaikan BBM dan upah minimum. Pengusaha belumlah bisa dikatakan mencicipi manisnya madu pertumbuhan selama beberapa bulan ke depan dengan terkikisnya laba akibat cost yang harus dikeluarkan untuk tahun depan.
     Bukan pengusaha namanya kalau tidak bisa berkelit dari masalah adanya kenaikan biaya produksi. Toh mereka masih tampak kaya. Rumah mewah punya, mobil berbagai merk ada, bisa liburan ke LN, Menyekolahkan anak2 mereka ke perguruan terbaik, macam2 aset dan gadget lengkap. Jika ada kenaikan biaya produksi, para pengusaha akan melakukan efesiensi dan memperbesar kapasitas produksi.

     InsyaAlloh, Tidak akan ada kekacauan       
    Apa yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bahwa kenaikan biaya produksi yang akan dihadapi para pengusaha masih dalam taraf wajar. Tentunya pemerintah akan merilis kebijakan yang arif untuk memberikan perlindungan pada para pengusaha kecil agar bisa survive,seperti memberikan pengaturan pajak tersendiri, toleransi peraturan UMK,dan kemudahan di jalur kredit. Untuk kenaikan BBM seyogyanya dilakukan sedikit demi sedikit hingga mencapai equilibrium ekonomi.
   Apa yang digemborkan APINDO soal kelesuan usaha jika kenaikan2 itu diterapkan harus diperhatikan oleh pemerintah dan pekerja. Kenaikan BBM yang terlalu tinggi secara mendadak atau kenaikan UMK yang ekstrim memang rentan memberangus usaha kecil. Angka 24% pada kenaikan UMK bukanlah angka ekstrim,pengusaha dibantu pemerintah akan menemukan jalan untuk memakmurkan rakyat . Ada hal2 lain yang lebih ekstrim semestinya dihindari pengusaha seperti biaya promosi yang mahal(menggaji artis terkenal yang nilainya 1000 kali gaji buruh,dll), suap pada pejabat atau oknum anggota DPR, dan inefesien di dalam perusahaan akibat ulah direksi.
     Indikator Perekonomian Indonesia masih lumayan seperti dalam laporan berikut ini.


    Menteri BUMN Dahlan Iskan punya rasa optimistis terhadap kemajuan ekonomi Indonesia. Stabilnya perekonomian Indonesia di tengah badai krisis Eropa, membuat Dahlan yakin ekonomi Indonesia bisa mengalahkan Spanyol tahun depan.
    "Tahun lalu mengalahkan Belanda, tahun depan Spanyol, meskipun belum bisa mengalahkan Madrid dan Barcelona," tutur Dahlan dalam peluncuran 'Global Entrepreneurship Week 2012' di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (12/11/2012).
     Saking yakinnya, Dahlan juga menyebut Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian nomor 7 terbesar di dunia 15 tahun lagi. Alasannya, banyak masyarakat kelas menegah yang tumbuh pesat dan lahirnya banyak pengusaha yang bakal mendorong meningkatnya perekonomian Indonesia.

    "Jadi 15 tahun lagi jadi nomor 7- 8 dunia," cetusnya.

     Namun, mantan Dirut PLN ini menilai, langkah Indonesia menjadi negara maju menghadapi musuh terbesar yakni birokrasi.
"Ada pekerjaan besar. Ekonomi kita sangat besar, kalau menghapus hambatan terbesar yaitu birokrasi hambatan terbesar," tegasnya.
     Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai dengan akhir tahun 2012 hanya pada kisaran 6,3-6,5%.
    "Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai akhir tahun hanya pada kisaran 6,3-6,5% perlambatan ekonomi dunia menjadi sebab utama," ungkap Kepala Bappenas Armida Alisjahbana di Gedung Bappenas Jakarta, Selasa (6/11/2012).
    Menurut Armida perlambatan ekonomi dunia menjadi sebab mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai dengan target (RPJMN). "Saya selalu melihat target RPJMN tetapi karena perlambatan ekonomi dunia membuat komponen kita tidak bisa setinggi target," katanya.

Pertumbuhan ekonomi menurut RPJMN 2012 dipatok dengan target 6,7-7%. Walaupun begitu dari sisi ketenagakerjaan memperoleh nilai yang membanggakan. Sektor pekerja formal meningkat ditandai oleh prosentase pekerja di sektor formal sudah mencapai 39,89% atau hampir 40%. Sedangkan pekerja informal masih tinggi sekitar 60,41%.
"Dari ketenagakerjaan ada yang menggembirakan. Sektor pekerja formal meningkat dan saat ini mencapai 39,89% atau hampir 40% sedangkan pekerja informal itu 60,41%," tuturnya.
     Proyeksi IMF mengatakan perekonomian Indonesia tetap tumbuh di tengah ketidakpastian dan perlambatan ekonomi dunia saat ini. Armida mengatakan di Eropa hampir banyak negara mengalami pertumbuhan 0%.
    "Outlook ekonomi dunia 2012 Jepang dan Amerika Serikat berada pada 2,2%, Eropa 0% atau bahkan minus hanya Jerman yang tumbuh 0,9%. Thailand tumbuh 5,6%, Malaysia 4,4%, Singapura 2,2%, dan Indonesia 6%. Kita tetap diangka 6,3%-6,5%," tandasnya.

     Selamat Berjuang Pekerja dan Jayalah Perusahaan-Perusahaan Indonesia !

     SELAMAT TAHUN BARU HIJRIAH 1434


Tidak ada komentar:

Posting Komentar