Minggu, 15 Maret 2015

Bagaimana bisa kita ciptakan pekerjaan di era digital?

Bagaimana bisa kita ciptakan pekerjaan di era digital?

Bisakah robot menggantikan pekerjaan Anda? 

 

Kekhawatiran tentang dampak teknologi pada pasar tenaga kerja bukanlah hal yang baru.sebelum Organisasi Buruh
(ILO) berdiri di tahun 1919,  salah satu kelompok pekerja Inggris Luddites di awal abad ke-19 berupaya menyelamatkan pekerjaan padat karya dari mesin tekstil yang menggantikan
pekerjaan mereka.
Kecemasan bahwa mesin bisa membunuh jutaan
pekerjaan secara global adalah nyata -dan datang di saat
ekonomi dunia menghadapi krisis. Kesenjangan  lapangan pekerjaan di negara-negara G20 terdiri sekitar 54 juta
dan bisa meluas hinggalebih dari 60 juta pada tahun 2018
kecuali tren pertumbuhan saat ini meningkat.


Teknologi telah mengurangi tenaga
kerja yang diperlukan untuk produksi massal dan menghantui pasar kerja dengan otomatisasi bahkan tugas hukum dan akuntansi. Robotika membuat terobosan
besar dalam manufaktur, dengan 200.000 robot industri yang digunakan setiap tahun dan diproyeksikan tumbuh sekitar
total 1,5 juta tahun ini (2015).

Digital technology, human workplace

For developed and developing
nations alike, it is clear that as
globalization gathers pace, adding
more supply chains operating in
more complex regulatory
environments with blurred
geographic boundaries, no country
can ignore the digital world without
getting left out of the world
economy.

Untuk negara maju dan berkembang  sama, jelas bahwa globalisasi mempertemukan langkah masing-masing,  menambahkan rantai pasokan yang
beroperasi di dalam lingkungan dengan peraturan yang kompleks dan batas-batas geografis yang kabur.
tidak ada negara dapat mengabaikan dunia digital tanpa
ketinggalan tren ekonomi dunia.

So how can we keep the human
dimension — in a world of work run
more and more by robots? How can we best adapt the labour market and
create decent jobs?

Jadi bagaimana kita bisa menjaga Dimensi manusia dalam dunia kerja lebih di depan daripada robot?
Bagaimana bisa kita beradaptasi dengan baik di pasar tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja yang layak?

Pada dasarnya dan secara kritis, kita perlu mengantisipasi
perubahan teknologi yang akan datang dan menangani pendidikan dan keterampilan agar tidak terjadi mismatch dalam pasar tenaga kerja. Secara global,sepertiga pengusaha yang disurvei mengeluh tidak bisa menemukan keterampilan yang tepat  untuk mengisi lowongan yang ada.

Kita harus membangun jembatan yang solid antara dunia kerja
dan penyedia pelatihan, sehingga keterampilan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Ini tidak hanya urusan kebijakan publik. Pengusaha dan serikat pekerja harus mengambil tanggung jawab lebih untuk investasi keterampilan dengan duduk semeja dengan pelatih dan pembuat kebijakan.
Pembicaraan harus diberitahu kepada tenaga kerja,
bursa tenaga kerja jasa dan analis kinerja (performance). 

 

 Pendidikan dan keterampilan yang memadai baik untuk negara maju,berkembang maupun yang masih terbelakang demi meningkatkan kemampuan mereka untuk berinovasi dan mengadopsi teknologi baru.
itulah yang membedakan antara pertumbuhan yang inklusif dengan pertumbuhan yang meninggalkan segmen besar
masyarakat di belakang. Tenaga kerja yang telah terlatih dan mampu terus belajar bisa semakin membuat investor percaya diri dan dengan demikian akan tumbuh lapangan kerja

The employee-employer relationship has changed
(Hubungan buruh dan Pengusaha berubah)

Perubahan yang terjadi sangat kental dengan Sifat alami majikan dalam hubungannya dengan pekerja. Pekerja memasuki pasar kerja dengan ditawari masa kerja berjangka pendek atau kontrak sementara dan sering dipaksa untuk mengambil pekerjaan informal,atau beremigrasi untuk  mendapat pekerjaan. Hal ini memperburuk
ketidaksetaraan pendapatan.selain pelatihan bagi pekerja di era digital, ekonomi berkelanjutan memerlukan perlindungan bagi pekerja di saat baik dan buruk. Seiring dengan sistem tunjangan pengangguran yang memadai ,
perlindungan sosial seperti kesehatan dan pensiun
membentuk dasar untuk keamanan pekerja secara keseluruhan danekonomi yang sehat.
Namun hanya 20% dari populasi dunia saat ini yang memiliki
cakupan jaminan sosial yang memadai dan lebih dari
setengah tidak tercover jaminan sama sekali.

Telah terbukti bahwa perlindungan sosial dapat sebagai penyangga mengurangi dampak krisis ekonomi  ILO juga melakukan advokasi perlindungan sosial
minimum sebagaimana diuraikan dalam Surat Rekomendasi nomer 202 tentang plafon nasional perlindungan sosial.
nilai-nilai yang dikodekan ILO  sebagai standar tenaga kerja sejak digagas di era pra-digital, masih berlaku hingga era pasca-digital.
Bahkan menjadi lebih relevan untuk menjaga Hubungan karyawan-majikan yang menjadi semakin terkikis di masa depan.

perkembangan dari dunia kerja yang kompleks memerlukan
solusi yang kompleks.Inilah sebabnya mengapa tahun lalu diluncurkan Inisiatif "dunia kerja" ILO untuk
mencoba memberikan  pemahaman faktual untuk mendefinisikan Tren ke depan dan mendiskusikan apa
yang perlu dilakukan untuk menetapkan dunia kerja pasca-digital seperti yang kita semua inginkan.

Dunia kita telah jauh berubah dibanding satu abad lalu dan tidak hanya karena teknologi. Pada tahun 2050, populasi global akanmelampaui 9 miliar.
Jumlah orang berusia 60 tahun ke atas akan meningkat tiga kali lipat. Tiga- perempat dari orang tua yang akan hidup di negara yang sekarang adalah negara berkembang dan mayoritas adalah perempuan.

Human brain, human brawn
(Otak manusia, otot manusia)

konteks demografi baru memiliki implikasi yang mendalam
untuk pasar tenaga kerja, sistem jaminan sosial,lapangan pekerjaan dan pembangunan ekonomi.
Untuk semua langkah yang kami buat sejak era Luddite, kami tiba kembali di kebenaran yang sederhana bahwa mesin yang
terus dibuat oleh otak manusia dan kekuatan manusia. Sekarang dan di masa depan, ekonomi era digital harus berkelanjutan dan harus dibangun demi pekerjaan
yang layak,yang memberikan manusia martabat.
sebuah pekerjaan yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, keamanan di tempat kerja dan
perlindungan sosial bagi pekerja laki-laki dan perempuan serta
keluarga mereka.

Guy Ryder is attending the Annual
Meeting 2015 in Davos, and is a
panel member in the session
Employment: Mind the Gap on 23/1 at 12.30 CET.

Director-General of the International Labour Organization (ILO)


Guy Ryder menghadiri Pertemuan Tahunan 2015 di Davos, dan
merupakan anggota panel dalam sesi Dunia kerja: Hati-hati ada Gap
pada 23/1di 12.30 CET.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar