Kamis, 08 Mei 2014

7 Satrio Piningit

Kurun tahun 1135 sampai 1159 Prabu Jayabaya meramalkan; pada
zaman keemasan Nusantara akan kedatangan Ratu Adil alias Satrio Piningit.
Nubuat itu rupanya dikenang dan diyakini oleh sebagian masyarakat, bahkan
sampai zaman modern seperti saat ini.Mendiang Bung Karno pun pernah
mengutip ramalan Jayabaya saat membacakan pledoi pada persidangan di
Landraad, Bandung, Jawa Barat, pada 1930.
"Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan
menunggu-nunggu datangnya "Ratu Adil", apakah sebabnya sabda Prabu
Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain
ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-
nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana
orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu
dan mengharap-harap "Kapan,kapankah Matahari terbit?" kata Sukarno
dalam pledoi yang kemudian dikenal dengan Indonesia Menggugat itu.


Kemarin politisi senior Partai Golongan Karya Suhardiman tiba-tiba menyebut ciri-
ciri satrio piningit ada pada sosok calon presiden PDIP, Joko Widodo (Jokowi).
Politisi yang juga pendiri SOKSI ini yakin bahwa Jokowi, adalah sosok pemimpin
yang akan meneruskan estafet kepemimpinan Indonesia.
"Yang pertama Satrio Kinunjoro, Satria yang keluar masuk penjara itu Pak Karno
(Soekarno). Kedua Satrio Muktiwibowo itu Pak Harto (Soeharto), yang ketiga Satrio
Piningit. Gambaran secara singkat Satrio Piningit itu orang yang kesandung, itu
berarti dari lapisan bawah, bukan dari atas. Jikalau lihat sejarah, sementara yang
kita jumpai orang kesandung, itu adalah Jokowi," kata Suhardiman di
kediamannya di Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (5/5/2014) kemarin.
Seperti apa persisnya ramalan Prabu Jayabaya yang pernah menjadi Raja di
Kerajaan Kediri itu? Sejumlah pustaka menyebut bahwa secara berturut-turut
Nusantara yang kini dikenal dengan Indonesia pada masa keemasannya akan
dipimpin oleh tujuh satria piningit.
Tujuh satrio piningit itu adalah; Satria Kinunjara Murwo Kuncoro, Satria Mukti
Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumela Atur, Satria Lelono
Tapa Ngrame, Satria Piningit Hamong Tuwuh, Satria Boyong Pambuka ning
Gapura dan terakhir adalah Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu

Setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, masyarakat kemudian
mengaitkan ramalan tersebut dengan enam sosok presiden yang sudah
memerintah. Presiden Sukarno misalnya disebut sebagai satria kinunjara murwo
kuncoro, yang artinya sering keluar masuk penjara sebelum berkuasa.

Presiden Soeharto diklaim sebagai satria
mukti wibowo kesandhung kesampar,
maksudnya bergelimpang harta saat
berkuasa, berwibawa namun akhirnya
terguling dan dihujat.
 Habibie disebut sebagai satria jinumput sumelo atur,karena memimpin tanpa melalui proses
pemilihan, dan hanya untuk mengisi kekosongan.

Abdurrahman Wahid disebut sebagai
satria lelono tapa ngrame. Alasannya
meski memiliki kelemahan fisik, namun
saat berkeliling negara tetangga dapat
meyakinkan dunia tentang keberadaan
Indonesia.


Satria piningit hamong tuwuh disematkan kepada Megawati. Dia dianggap sebagai
seorang ratu, putri Presiden Sukarno yang dipingit namun kemudian
mendapatkan legitimasi luas karena dari keturunannya.

Susilo Bambang Yudhoyono disebut
sebagai satria boyong pambukaning
gapura. SBY dianggap sebagai presiden
yang akan menjembatani Indonesia
menuju zaman keemasan.


Sementara satria pinandhita sinisihan wahyu hingga kini belum terlihat. Yang
jelas makna dari satria ini adalah satria yang berjiwa dan bersemangat religius
kuat. Dua politisi yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo akan bersaing dalam
pemilihan presiden dan wakil presiden pada 9 Juli mendatang.
Mungkinkah dua capres itu yang akan dipercaya sebagai satria pinandhita
sinisihan wahyu?

Sumber : Detikcom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar