Selasa, 03 September 2013

Bibit jagung super karya Bengkulu

BENGKULU, KOMPAS.com — Riset yang dilakukan salah satu pengajar Universitas
Bengkulu mendapatkan satu varietas jagung dengan produktivitas jauh
melampaui rata-rata produktivitas jagung nasional saat ini. Varietas ini diharapkan
dapat mendorong pengurangan impor benih jagung, yang selama ini memasok
80 persen kebutuhan bibit jagung nasional.
"Rata-rata produktivitas jagung nasional adalah 4,6 ton per hektar dan Bengkulu
3,2 ton per hektar, sementara varietas ini mencapai 9 ton per hektar bahkan lebih," papar Suprapto, dosen pertanian yang mengasuh mata kuliah genetika dan
pemuliaan tanaman di Universitas Bengkulu, Selasa (3/9/2013). Dia mengatakan, penelitian varietas tersebut dia garap selama 7 tahun terakhir.
Varietas jagung hasil riset Suprapto mendapat nama SP1, SP2, dan Supra 1.
Mendapat pendanaan riset dari Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, serta dari Kementerian Riset dan Teknologi, varietas
jagung yang menjadi hasil riset telah mendapatkan SK dari Menteri Pertanian.
Berturut-turut, Sk itu adalah nomor 4543/ kpts/SR.120/7/2013 untuk SP1, nomor:
4544/kpts/SR.120/7/2013 untuk SP2, dan nomor 4545/kpts/SR.120/7/2013 untuk
Supra 1. Setelah melalui proses seleksi ketat hingga mendapatkan pengakuan
dari pemerintah barulah varietas ini dapat diakses oleh masyarakat dan diperbanyak.
"Tahan banting" untuk tekan impor Selain produktivitas, kata Suprapto,
keunggulan jagung ini juga adalah sangat tahan terhadap penyakit bulai, karat daun,
hawar daun, dan mampu beradaptasi baik di lingkungan masam. Dia berharap hasil
risetnya dapat membantu menekan impor bibit jagung.
Selama ini, sebut Suprapto, kebutuhan benih jagung di Indonesia mencapai
50.000 sampai 100.000 ton per tahun. Dari jumlah itu, 80 persen di antaranya
didatangkan dari impor dan didominasi produk perusahaan Amerika.
"Dengan ditemukan dan dilepaskan varietas ini ke pasaran saya berharap
ketergantungan akan benih jagung nasional terhadap asing semakin
berkurang dan dapat diisi benih-benih lokal," kata Suprapto.
Hasil optimal tanaman jagung, papar Suprapto, mensyaratkan tiga hal, yakni
tanah subur, perawatan intensif, dan asupan pupuk yang tinggi. Dia mengatakan varietas hasil risetnya dapat menekan syarat perawatan intensif dan
penggunaan pupuk. "Benih ini tahan banting, tidak perlu pupuk secara
berlebihan sehingga biaya perawatan dan modal petani dapat ditekan," tambahnya.

Penulis: Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar